Taman Nasional Hallasan: Keajaiban Warisan Dunia UNESCO
Taman Nasional Hallasan, permata yang terletak di jantung Pulau Jeju, Korea Selatan, bukti keajaiban alam dan pentingnya konservasi.
Dengan gunung tertinggi Korea Selatan, Gunung Hallasan, sebagai titik pusatnya, taman ini menawarkan beragam lanskap, ekosistem yang kaya, dan kekayaan budaya. Sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dan Cagar Biosfer.
Hallasan memikat pengunjung dengan keindahan alam yang tak tertandingi dan memberikan wawasan tentang sejarah geologi yang unik di kawasan tersebut. Dibawah ini TRAVEL’GO akan membahas keajaiban Taman Nasional Hallasan dan jelajahi apa yang membuatnya menjadi tujuan yang menakjubkan.
Gambaran Umum Taman Nasional Hallasan
Taman Nasional Hallasan, yang ditunjuk sebagai taman nasional kesembilan pada tahun 1970, merupakan kawasan lindung yang mencakup area seluas 153,11 km2 di Pulau Jeju. Taman nasional ini dikelola oleh Provinsi Pemerintahan Sendiri Khusus Jeju.
Menjadikannya satu-satunya dari 22 taman nasional yang tidak dikelola oleh Layanan Taman Nasional Korea. Sebagai Cagar Biosfer UNESCO sejak tahun 2002 dan Situs Warisan Dunia sejak tahun 2007, Hallasan menampung gunung tertinggi Korea Selatan, mencapai ketinggian 1.950 m di atas permukaan laut.
Gunung berapi perisai ini, yang terbentuk pada era Kenozoikum keempat akibat letusan gunung berapi, sebagian besar terdiri dari basal dan memiliki pendakian tinggi dan bertahap di sisi timur dan barat, berbeda dengan sisi selatannya yang curam. Di puncaknya terdapat danau kawah yang dikenal sebagai “Baekrokdam”.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton live streaming pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Asal-Usul Vulkanik & Sejarah Geologis
Pulau Jeju, yang sebagian besar dibentuk oleh gunung berapi perisai Halla yang besar, memiliki sejarah vulkanik yang dimulai pada era Pliosen. Pulau ini dibangun di atas landas kontinen, sekitar 100 meter di bawah permukaan laut, melalui letusan lava basal dan trachyte.
Erupsi freatik bawah laut awal membangun platform dasar pulau, dan aktivitas vulkanik berlanjut selama beberapa tahap hingga era Holosen. Aktivitas ini mencakup pembentukan maar dan cincin tuff, pembentukan plateau lava, dan pembangunan perisai Hallasan itu sendiri.
Hallasan memiliki kawah selebar 400 meter di puncaknya, yang disebut Baengnokdam, yang terbentuk oleh runtuhnya gunung berapi setelah letusan. Letusan yang dikonfirmasi telah terjadi pada tahun 2050 SM ± 200 tahun, 2830 SM ± 50 tahun, 1002 M, dan 1007 M, menunjukkan bahwa gunung berapi ini tidak punah.
Baca Juga:
Flora & Fauna yang Beragam
Karena ketinggiannya, Hallasan mendukung berbagai tumbuhan dan hewan pegunungan, dengan lebih dari 1800 spesies tumbuhan hidup di dalam perbatasannya. Ini termasuk 400 jenis tanaman specimen dan 50 jenis tanaman khusus.
Pulau Jeju ditetapkan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 2002, dan Taman Nasional Hallasan merupakan bagian dari Cagar Biosfer Jeju. Taman ini memiliki ekosistem yang berbeda, termasuk hutan konifer alpine, hutan berdaun lebar beriklim sedang, hutan lebat hijau abadi beriklim hangat, dan padang rumput beriklim sedang.
Selain itu, lebih dari 100 spesies burung menyebut taman ini sebagai rumah mereka, menjadikannya surga bagi para pengamat burung. Di antara fauna, ada total 103 spesies yang menghuni Pulau Jeju, termasuk kucing macan tutul dan damselfish.
Jalur Pendakian & Fasilitas Pengunjung
Taman Nasional Hallasan menawarkan tujuh jalur pendakian, masing-masing dengan panjang dan tingkat kesulitan yang berbeda, memberikan pilihan untuk mendaki. Jalur tersebut adalah Jalur Eorimok (6,8 km), Jalur Yeongsil (5,8 km), Jalur Seongpanak (9,6 km).
Jalur Seokgulam (1,5 km), Jalur Gwaneumsa (8,7 km), Jalur Donnaeko (7 km), dan Jalur Eoseungsaengak (1,3 km). Seongpanak adalah yang terpanjang, membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam untuk perjalanan satu arah. Pengunjung dapat menemukan pusat pengunjung di pintu masuk ke beberapa jalur.
Yang menyediakan informasi tentang taman, jalur pendakian, dan langkah-langkah keselamatan. Meskipun cuaca di Hallasan tidak dapat diprediksi, dan disarankan untuk membawa perlengkapan cuaca buruk dan tetap di jalur yang ditandai. Witse-Oreum Shelter, dekat Jalur Yeongsil dan Jalur Eorimok, menawarkan makanan ringan dan minuman untuk pendaki.
Signifikansi Budaya & Sejarah
Gunung Hallasan memiliki makna budaya dan sejarah yang besar bagi masyarakat setempat. Gunung tersebut dianggap sebagai tempat suci tempat tinggal para dewa dan roh, dan beberapa orang Korea Selatan menyembahnya. Nama lokal Hallasan berarti “cukup tinggi untuk menarik alam semesta”. Danau kawah di puncak gunung, Baengnokdam, juga dianggap sebagai situs suci.
Gwaneumsa, kuil Buddha tertua di pulau itu, terletak di dalam taman nasional dan dibangun pada masa Dinasti Goryeo, meningkatkan signifikansi budaya daerah tersebut. Legenda tentang Seolmundae Halmang, dewi raksasa yang diyakini telah membentuk Pulau Jeju, selanjutnya berkontribusi pada makna budaya pulau dan formasi vulkaniknya.
Kesimpulan
Taman Nasional Hallasan diakui sebagai Cagar Biosfer UNESCO dan Situs Warisan Dunia, menekankan signifikansi dan kebutuhan konservasi. Upaya perlindungan di taman berfokus pada perlindungan tanaman yang terancam punah dan habitat berbagai spesies.
Populasi rusa Roe, yang pernah berada di ambang kepunahan di wilayah tersebut, telah meningkat karena upaya konservasi di taman. Taman nasional juga berupaya melindungi formasi gotjawal, oreum, dan wilayah pesisir tambahan.
Jeju Island adalah satu-satunya tempat di mana semua empat Area yang Ditunjuk Secara Internasional terjadi di lokasi yang sama. Simak dan ikuti terus informasi yang lebih menarik perkembangan tentang wisata-wisata yang ada di dunia hanya di TRAVEL’GO.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari travel.detik.com
- Gambar Kedua dari expedia.co.id