Candi Sewu, Keajaiban Buddha yang Memikat Hati Wisatawan
Candi Sewu adalah keajaiban Buddha yang memikat hati wisatawan, berdiri megah sebagai candi Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur.

Candi ini berusia lebih tua dari Candi Borobudur dan Prambanan, dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra. Berikut ini TRAVEL’GO akan mengajak Anda menelusuri pesona sejarah Candi Sewu mahakarya Buddha dari abad ke-8 yang memukau dengan arsitektur megah dan legenda Roro Jonggrang yang terkenal.
Sejarah dan Legenda Candi Sewu
Candi Sewu dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh Dinasti Syailendra. Pembangunan dimulai oleh Rakai Panangkaran dari Kerajaan Mataram Kuno dan dilanjutkan oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Nama asli candi ini adalah Manjusri Grha atau “Prasada Vajrasana Manjusrigrha,” sebagaimana tercatat dalam Prasasti Kelurak (782 M) dan Prasasti Manjusrigrha (792 M). Prasada berarti candi, Vajrasana berarti tempat Vajra (intan atau halilintar), dan Manjusri-grha berarti Rumah Manjusri, Bodhisattwa dalam ajaran Buddha.
Meskipun namanya “Sewu” berarti seribu dalam bahasa Jawa, kompleks candi ini hanya memiliki sekitar 249 bangunan. Penamaan ini terkait legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso, yang konon membangun seribu candi dalam semalam. Candi Sewu menjadi pusat ibadah umat Buddha, berbeda dengan Candi Prambanan yang bercorak Hindu, menandakan adanya toleransi dan harmoni antaragama pada masa itu.
Candi ini juga memiliki nilai sejarah penting sebagai saksi kejayaan Dinasti Syailendra. Bangunan yang tersisa hingga kini menunjukkan kemegahan arsitektur dan seni pahat masa lalu. Legenda dan sejarahnya membuat Candi Sewu bukan hanya tempat wisata, tetapi juga simbol budaya dan spiritual yang mendalam.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton live streaming pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!
Keunikan Arsitektur Buddha
Candi Sewu dibangun dengan desain mandala vajradhatu, melambangkan alam semesta menurut kosmologi Buddha Mahayana. Kompleks ini memiliki luas 185 meter utara-selatan dan 165 meter timur-barat. Pintu masuk ada di empat arah mata angin, dengan pintu utama di sisi timur, masing-masing dijaga sepasang arca Dwarapala setinggi 2,3 meter.
Candi utama memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan diameter 29 meter, berbentuk poligon bersudut 20 menyerupai salib. Ruangan tengahnya lebih besar dengan atap yang lebih tinggi. Meski arca Bodhisattwa Manjusri atau Buddha yang diperkirakan setinggi 4 meter sudah hilang, landasan batu berukir teratai masih dapat ditemukan di dalamnya.
Kompleks ini terdiri dari satu candi induk, delapan candi apit, dan 240 candi perwara yang mengelilingi candi induk dalam empat baris. Susunan candi perwara mengikuti pola 28-44-80-88 dari baris pertama hingga keempat. Keseluruhan arsitektur menunjukkan keseimbangan, simetri, dan nilai spiritual tinggi yang menakjubkan.
Baca Juga: Wisata Shwedagon Pagoda, Pesona Emas Abadi Di Yangon Myanmar
Lokasi dan Aksesibilitas di Candi Sewu

Candi Sewu berada di Jalan Raya Solo KM 16, Klurakbaru, Tlogo, Kalasan, Sleman, DIY, sekitar 800 meter dari Candi Prambanan. Secara administratif, kompleks ini masuk wilayah Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Letaknya yang berdekatan dengan Prambanan memudahkan wisatawan untuk menjelajah dua candi sekaligus.
Akses menuju Candi Sewu mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Dari Malioboro, wisatawan bisa menuju Jalan Solo dan melewati gapura perbatasan Jogja-Jawa Tengah. Alternatif lain, bus Trans Jogja jalur 1A dari Halte Mangkubumi juga dapat digunakan. Jam operasional candi setiap hari pukul 06.00–17.00 WIB, dengan tiket masuk Rp10.000 per orang.
Lokasi yang strategis membuat Candi Sewu ideal sebagai tujuan wisata edukatif dan spiritual. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur, sejarah, dan legenda yang melekat pada setiap sudut candi. Suasana yang tenang menambah kenyamanan menjelajahi kompleks ini.
Daya Tarik Wisata
Candi Sewu menawarkan pengalaman sejarah dan budaya yang menarik, dengan candi induk, candi perwara, dan relief yang masih terawat. Arsitektur dan simetri bangunan menciptakan banyak spot foto menawan, terutama saat sore hari.
Wisatawan juga bisa menikmati wahana tambahan di kawasan Prambanan, seperti ayunan langit, meniti sepeda, dan menyaksikan pertunjukan Sendratari Ramayana yang menceritakan kisah Rama-Sita.
Selain itu, tersedia simulasi pemugaran candi untuk edukasi tentang pelestarian budaya. Fasilitas lengkap dan suasana nyaman membuat kunjungan lebih menyenangkan dan mendidik.
Simak dan ikuti terus informasi yang lebih menarik terupdate lainnya tentang wisata-wisata yang ada di dunia hanya di TRAVEL’GO.
